Puisi Tentang Dagelan Inflasi

Jeffrie Gerry
0

 


Pengantar Pendek

"Harga naik bukan dosa, tapi cara menyampaikan bisa membuat rakyat puasa."
Begitulah bunyi doa dari negeri yang setiap Senin mendadak inflasi, dan setiap Kamis diskon cuci gudang.


Puisi Tentang Dagelan Inflasi

Karya Pujangga Digital: Jeffrie Gerry (Japra)

Judul SEO:
"Puisi Satir Tentang Inflasi: Doa Parodi untuk Harga Sembako dan Iman yang Tak Naik-naik"


(Doa Pembuka untuk Harga yang Tak Sopan)
Ya Tuhan Yang Maha Stabil,
berikan kami kekuatan
untuk menerima kenyataan
bahwa uang lima puluh ribu kini hanya setebal tisu wajah
dan jauh lebih cepat larut dalam genggaman.

Ya Tuhan Yang Maha Bijak,
jika inflasi adalah ujian,
maka izinkanlah kami mencontek jawaban dari negara tetangga
yang bisa jual tomat tanpa drama komedi,
dan tak perlu konferensi pers untuk harga cabai.


(Monolog Tukang Sayur Lulusan S3 Dagelan Ekonomi)
"Waktu saya sekolah, seribu bisa beli lima gorengan.
Sekarang?
Seribu cuma bisa beli kenangan."

Begitulah kata Pak Min,
tukang sayur keliling
yang lulus dengan predikat Summa Ironica Laude
dari Universitas Jalanan,
jurusan Ekonomi Ngutang dan Ilmu Bertahan Hidup.

Ia hafal rumus:
(Cemas x Harga) ÷ Gaji = Doa Panjang Setiap Malam.


(Lagu Parodi Kasih Sayang Dompet)
Dompetku kini seperti hubungan long distance,
kosong, sepi, dan penuh harapan semu.
Setiap tanggal tua, ia seperti cermin masa lalu—
menggoda tapi tidak nyata.

Katanya harga naik karena cuaca,
padahal matahari tetap sama,
dan hujan tak pernah minta THR.


(Paradoks: Logika Harga yang Naik Secara Rohani)
Lucu, ya.
Ketika harga BBM naik,
dibilang demi pembangunan,
padahal jalan di kampungku masih uji nyali.

Ketika sembako melambung,
dibilang untuk menstimulasi ekonomi,
padahal rakyat cuma distimulasi
untuk lebih banyak berpuasa di luar Ramadhan.


(Ironi dari Hati Ibu-Ibu Beranak Empat)
Di dapur, panci tak lagi mendidih karena api,
tapi karena emosi.
Bumbu dapur kini setara saham,
dan daun bawang jadi komoditas investasi.

Tapi tenang,
diskon tetap datang...
setiap kali produk mendekati tanggal kadaluarsa.


(Dialog Sarkasme dengan Menteri Fiksi)
Saya tanya: "Pak, kapan harga turun?"
Beliau jawab:
"Sebentar lagi, asal rakyat bersabar dan rajin berdoa."

Lalu saya balas,
"Pak, sabar kami sudah dikomersialisasi,
dan doa kami sudah dijual dalam bentuk token digital."


(Parodi Berita: Breaking News Dagelan Ekonomi!)
Breaking news!
Harga telur naik karena ayam stres,
akibat membaca komentar netizen tentang subsidi.

Dan konon katanya,
harga daging naik karena sapi butuh konsultan finansial
untuk mempersiapkan masa pensiun.


(Refleksi Monolog dari Dompet Sendiri)
"Maafkan aku," kata dompet,
"bukan aku tak ingin memberimu uang,
tapi aku cuma tempat,
bukan sumber harapan."

Aku menatap dompet seperti mantan,
yang dulu pernah penuh,
kini tinggal luka lipatan dan struk belanja tak terpakai.


(Doa Penutup untuk Inflasi yang Terlalu Rohani)
Ya Tuhan,
jika inflasi adalah proses naik haji uang kami,
tolong beri kami kuota subsidi spiritual.

Dan jika logika ekonomi terlalu tinggi,
turunkanlah sedikit agar kami bisa paham
tanpa perlu lulus sarjana perasaan kecewa.


(Pesan Positif di Tengah Parodi):
Tapi,
di tengah tawa getir dan satire yang menari,
ada pelajaran penting yang jangan lupa dicari:

Bahwa ekonomi bukan hanya angka,
tapi juga rasa—
rasa tanggung jawab,
rasa empati,
dan rasa syukur atas sebutir nasi
yang masih bisa dinikmati tanpa utang budi.

Bahwa bangsa ini besar,
bukan karena saldo,
tapi karena hati yang tak pernah lelah
mencari solusi tanpa menjual nurani.


Puisi ini dipersembahkan untuk:
Seluruh rakyat kecil yang tetap bisa tersenyum
meski harga naik lebih cepat dari gaji.
Untuk ibu-ibu yang pintar menyulap tahu jadi rendang,
dan untuk pemuda-pemudi yang belajar investasi
padahal masih kredit cicilan kuota.


Sepatah Kata dari Jeffrie Gerry (Japra):
"Dalam tawa, saya ingin menyentil. Dalam satire, saya ingin menyadarkan. Karena kadang, yang serius terlalu rumit untuk didengar, dan yang jenaka justru tinggal lebih lama di hati manusia."


#PuisiSatirInflasi
#PuisiJeffrieGerryJapra
#DagelanEkonomiNasional
#DoaUntukDompet

Post a Comment

0Comments

💬 Berpikirlah Sebelum Mengetik
Komentar bukan sekadar suara—ia adalah pantulan isi kepala.
Kami menyambut diskusi tajam dan santun, bukan umpatan atau basa-basi.
Tulis komentar Anda dengan nalar, bukan hanya emosi.

📝 Komentar yang relevan akan ditampilkan.
🚫 Spam, iklan terselubung, dan komentar copy-paste akan dibuang tanpa ampun.

📣 Sukai? Bagikan!
Jika artikel ini membuat Anda berpikir ulang, tertawa getir, atau merasa terusik dengan elegan,
sebarkanlah—biarkan lebih banyak orang mencerna sesuatu yang lebih dari sekadar berita pagi.

🌐 "Karena kebenaran kadang perlu dibagikan... bahkan lewat tautan."

Post a Comment (0)