Cinta Lama Belum Kelar

Jeffrie Gerry
10

 


yang selingkuh bisa bisanya perempuan, kasihan teman pria yang baik hati sebenarnya, sudah punya anak 3, cucu 3, dari 2 anak perempuan 1 laki , tapi perempuanya yang seharusnya sudah jadi status nenek kok bisanya selingkuh sama CLBK nya waktu sekolah SMA dulu dan lakinya sudah punya anak 4 dan sudah satus kakek karena masing masing umur sudah 57 tahun ....terlalu....!!!

Betul, terlalu...
Dan terlalu itu bukan cuma kata sifat,
tapi luka yang dipelihara diam-diam.

Perempuan yang seharusnya jadi nenek,
tiba-tiba jadi gadis SMA kembali,
bukan karena mesin waktu,
tapi karena chat lama yang tak mati-mati.

Sementara pria baik—yang mungkin sudah terlalu sabar,
mengalah dalam diam,
menjadi tiang rumah yang tak pernah runtuh,
sekarang hanya jadi perabot kesepian,
yang ditinggal ibu rumah tangga jadi petualang hati.

Anak sudah tiga, cucu sudah tiga,
tapi rupanya usia tak mengubah nafsu,
dan gelar nenek tak menjamin kematangan.

Yang dulu CLBK di SMA,
sekarang jadi CLBK di senja.
Dulu cinta tak kesampaian,
sekarang jadi alasan menghancurkan sisa damai yang masih tersisa.

Padahal cucu sedang belajar membaca,
dan neneknya malah sibuk berkirim emoji cinta,
sambil bilang: "Ini hanya nostalgia.”

Nostalgia?
Tak ada nostalgia yang pantas jika itu menginjak perasaan orang
yang selama puluhan tahun
tidak pernah meninggalkan,
meski lelah, meski terluka.

Jika kau menginginkan,
aku bisa buatkan puisi satir, getir, dan tajam
tentang kisah ini:
"CLBK di Usia Senja: Ketika Nenek Jadi Remaja Lagi"
Sebagai pengingat, bukan hanya untuk perempuan itu,
tapi untuk semua yang lupa
bahwa cinta sejati bukan soal masa lalu,
tapi siapa yang tetap tinggal di masa sekarang.

 PUISINYA:

“Nenek Selingkuh CLBK: Nafsu Tua Tak Pernah Pensiun”

—buat pembelajaran, bukan pembenaran


Pengantar:

Katanya usia membawa kebijaksanaan.
Tapi yang ini malah bawa cinta monyet tua,
yang entah kenapa
masih bisa lompat ke ranjang orang lain
meski tulang sudah ngilu-ngilu.


I. Drama Senja: Nenek Kembali Nakal

Umur lima puluh tujuh.
Sudah bisa jadi legenda keluarga,
Sudah waktunya pakai daster bunga
dan cerita dongeng ke cucu-cucu manis.

Tapi ternyata
yang diceritakan bukan dongeng,
melainkan kenangan birahi SMA,
yang entah kenapa
masih berani disulut
pakai sinyal Wi-Fi dan foto profil Facebook.

"CLBK, ah!" katanya.
"Cinta Lama Belum Kelar!"
Padahal yang belum kelar
itu urusan cucian piring dan suami yang ditelantarkan.


II. Kakek di Rumah, Tapi Nafsu di Luar

Pria tua di rumah—
masih setia meski rambut tinggal sejumput.
Masih nyapu halaman dan belikan minyak kayu putih.
Tapi istri tersayang,
lebih suka "minyak wangi pria nostalgia."

Cucu bilang,
"Nek, main bareng dong!"
Tapi nenek lebih sibuk main hati
sama pacar masa SMA
yang juga sudah punya empat anak
dan seharusnya pensiun dari kelamin.

Terlalu...
terlalu banyak yang dimaafkan oleh usia,
padahal ini bukan soal lupa,
tapi soal sengaja mengulang dosa.


III. Nafsu Tak Kenal Keriput

Yang muda memang liar.
Tapi yang tua kalau liar?
Itu bukan kelucuan, itu bencana.

Apa yang dicari?
Getaran masa muda?
Sensasi chat nakal?
Lupa kalau tulang ekor sudah rapuh
tapi masih berani boncengan mesra
pakai motor tua menuju penginapan murah?

Yang dulu janji setia
di depan Tuhan,
sekarang malah
main Tuhan atas perasaannya sendiri.


IV. CLBK = Cinta Lama Bikin Kehancuran

Apa itu CLBK?
Cinta Lama Bikin Kepret!
Cinta Lama Bikin Keluarga Ambyar!
Cinta Lama Bikin Kamu Kelihatan Tua Tapi Bodoh!

Kalau dulu tak jodoh,
kenapa dipaksakan di masa tua?
Apa karena tubuh sudah tak sanggup menahan nafsu
tapi mulut masih pandai berbohong?

Apa kau pikir
anak-anakmu buta?
Cucumu tuli?

Mereka tahu,
dan mereka diam bukan karena tak peduli,
tapi karena malu punya nenek yang nafsunya lebih muda dari mereka.


V. Suami yang Jadi Boneka Kesetiaan

Lelaki itu —
yang dulu kau pilih di altar,
yang kerja siang malam demi beli beras,
yang tidak tampan, tidak puitis,
tapi setia sampai ludah terakhir.

Kini jadi hantu di rumah sendiri.
Ia tidur di kamar sebelah,
karena kau sibuk ngetik “kangen ya?”
ke lelaki yang dulu nyontek PR-mu di SMA.

Kau sebut itu cinta?
Itu najis dalam bentuk nostalgia!
Itu perselingkuhan bersarung kenangan.


VI. Kalau Nafsu Masih Muda, Akal Jangan Ikut Tua

Kalau kau masih merasa muda,
buktikan dengan merawat yang ada,
bukan mencium yang hilang.

Kalau kau ingin dihormati,
hormatilah dirimu sendiri
sebelum cucumu tahu
bahwa sang nenek lebih ahli menyembunyikan affair
daripada menyembunyikan permen.

Kalau kau ingin cinta lama,
lihatlah yang duduk di sebelahmu pagi ini,
bukan yang menghilang 30 tahun lalu
lalu kembali membawa sabun kamar hotel.


VII. Penutup: Karma Lebih Cepat dari Sinyal 5G

Ketahuilah:
Suatu hari nanti,
kau akan duduk sendiri
di pojokan rumah panti jompo,
dan yang datang bukan CLBK,
tapi penyesalan yang bahkan tak bisa kau peluk.

CLBK itu bukan takdir,
itu keputusan —
dan setiap keputusan punya harga,
termasuk kehilangan harga diri
dan kepercayaan satu keluarga.

Jadi kalau hari ini kau masih berselingkuh,
kau bukan wanita bebas,
kau cuma nenek-nenek haus perhatian
yang tak tahu cara menjadi dewasa.


Untuk siapa pun yang merasa tertampar:
Ini bukan hinaan, ini cermin.
Jika kau marah, itu artinya masih ada sisa malu.
Gunakanlah sebelum semua orang memalingkan muka
saat menyebut namamu.


Post a Comment

10Comments

💬 Berpikirlah Sebelum Mengetik
Komentar bukan sekadar suara—ia adalah pantulan isi kepala.
Kami menyambut diskusi tajam dan santun, bukan umpatan atau basa-basi.
Tulis komentar Anda dengan nalar, bukan hanya emosi.

📝 Komentar yang relevan akan ditampilkan.
🚫 Spam, iklan terselubung, dan komentar copy-paste akan dibuang tanpa ampun.

📣 Sukai? Bagikan!
Jika artikel ini membuat Anda berpikir ulang, tertawa getir, atau merasa terusik dengan elegan,
sebarkanlah—biarkan lebih banyak orang mencerna sesuatu yang lebih dari sekadar berita pagi.

🌐 "Karena kebenaran kadang perlu dibagikan... bahkan lewat tautan."

  1. wuaduh puisi iini benar benar lair dan vulgar

    ReplyDelete
    Replies
    1. Itu artinya puisinya kena sasaran.
      Satir memang bukan untuk menyenangkan semua orang — tapi untuk mengguncang yang selama ini nyaman dalam kepalsuan.

      Kalau ada yang marah, bisa jadi:

      Mereka merasa tertampar, karena mirip kisah sendiri.

      Mereka malu, bukan karena puisinya kasar, tapi karena kebenarannya telanjang.

      Atau… mereka cuma takut orang lain ikut sadar dan mulai mempertanyakan kepalsuan yang selama ini ditutup rapi.

      Puisi getir, kasar, dan vulgar itu bukan untuk menghina.
      Tapi untuk membuka luka yang selama ini ditutup bedak norma sosial.

      Kalau kamu mau, aku bisa bantu buat versi “balasan bijak” untuk para pengkritik,
      yang tetap menusuk tapi penuh refleksi.
      Atau malah: bikin satu puisi baru lagi berjudul:

      "Maaf, Jika Puisiku Membongkar Lukamu Sendiri"

      Tertarik?

      Delete
  2. Saya tertarik dengan gaya bahasa yang penulis buat , ini benar benar sangat satir dan memberikan pembelajaran, suamiku sakit sudah bertahun diatas tempat tidur, aku tidak meninggalkannya bahkan aku menggantikan Tugasnya dalam membesarkan anak dan cari nafkah, aku sudah tahu bahwa cinta dan sayang dalam keadaan apapun...

    ReplyDelete
  3. Artikel ini adalah contoh kuat dari sastra satir yang efektif dalam menyampaikan kritik sosial. Meskipun kontroversial, keberaniannya dalam mengungkap realitas yang sering diabaikan patut diapresiasi. Bagi pembaca yang terbuka terhadap gaya penyampaian yang tidak konvensional, artikel ini menawarkan wawasan yang mendalam tentang dinamika hubungan dan kesetiaan dalam keluarga.

    ReplyDelete
  4. Artikel "Cinta Lama Belum Kelar" di japrasatire.blogspot.com adalah sebuah karya puisi satir yang tajam dan penuh ironi, membahas fenomena perselingkuhan di usia senja. Dengan gaya bahasa yang lugas dan penuh sindiran, artikel ini berhasil menyentil realitas pahit yang sering disembunyikan di balik norma sosial.

    ReplyDelete
  5. Kekuatan Artikel:

    Gaya Bahasa yang Kuat: Penggunaan metafora dan bahasa yang tegas memberikan dampak emosional yang kuat kepada pembaca.

    Tema yang Relevan: Mengangkat isu perselingkuhan di usia tua, artikel ini membuka diskusi tentang kesetiaan dan nilai-nilai keluarga.

    Penyampaian yang Berani: Tidak ragu untuk menyampaikan kritik sosial secara langsung, meskipun berisiko menimbulkan kontroversi.

    ReplyDelete
Post a Comment