Kamus Satir Nasional

Jeffrie Gerry
0

 


Kamus Satir Nasional Karya Pujangga Digital: Jeffrie Gerry (Japra)


Pengantar Singkat: Di negeri yang katanya damai ini, logika kadang berlibur panjang, dan realita pun terasa seperti lelucon berkepanjangan. Kamus ini adalah upaya sederhana untuk memotret absurditas sosial melalui kaca mata satire — agar kita bisa tertawa, lalu merenung.


1. Festival Omong Kosong Asal Njeplak Nasional (FOKAN) Ajang tak tertulis yang meriah, di mana setiap orang bebas berorasi tanpa data. Penonton tertawa, peserta bangga, negara geleng-geleng.

2. Lulusan Paling Rajin Upacara (LPRU) Penghargaan untuk mereka yang berdiri tegak setiap Senin, tapi lupa mengamalkan Pancasila setelah turun dari lapangan.

3. Rapat Seribu Jam Tanpa Kesimpulan (RSJ-TK) Marathon kebosanan tingkat tinggi. Cocok bagi mereka yang suka mendengar suaranya sendiri lebih dari solusi.

4. Panggung Seremonial Bertajuk Aksi (PSBA) Tindakan nyata dimulai dan diakhiri di panggung. Sambil pakai selempang bertuliskan "Turut Peduli".

5. Buzzer Bertakwa Digital (BBD) Manusia super di dunia maya. Dikirim untuk membela tuan, dengan dalil dan doa copy-paste.

6. Proyek Setengah Jadi, Tapi Sudah Selfie (PSJTSS) Bangunan roboh tak penting, yang penting wajahnya masuk kamera. Selesai urusan.

7. Pengamat Serba Bisa (PSB) Kehadirannya menjawab kebutuhan media. Dari politik ke film horor, semua bisa dikomentari.

8. Orasi Nasionalis Saat Kamera Menyala (ONSKM) Cinta tanah air hanya muncul saat live streaming. Setelah itu, kembali ekspor tambang.

9. Ahli Tanpa Portofolio (ATP) Statusnya berdasarkan jumlah undangan podcast. Bukti keahlian? Tidak relevan.

10. Musyawarah Untuk Mufakat yang Sudah Disusun Sebelumnya (MUMSDS) Forum demokratis di mana hasil rapat telah ditentukan sebelum dimulai.

11. Penghargaan Tahunan untuk Pejabat yang Paling Banyak Menggunting Pita (PTPPBMPGP) Prestasi: gunting pita tanpa kontribusi nyata. Didokumentasikan dengan drone.

12. Simposium Nasional Tentang Isu Yang Tidak Akan Ditindaklanjuti (SNTIYTADT) Event intelektual penuh materi PDF yang langsung masuk recycle bin.

13. Akademisi Terjebak Sponsorship (ATS) Pakar kampus yang pendapatnya mengikuti aliran dana riset.

14. Talkshow Spesial Pencitraan (TSP) Acara TV yang tujuannya bukan untuk mencari solusi, tapi membangun merek diri.

15. Gelar Kehormatan untuk Artis Viral (GKHAV) Karena konten lebih penting dari konten isi otak.

16. Seminar Motivasi Berbasis Mitos (SMBM) "Kalau dia bisa, kamu juga bisa" – tanpa konteks, modal, atau realita.

17. Kelas Online Tentang Kesuksesan dari Orang yang Gagal Total (KOTKOGGT) Bayar mahal untuk diajari hal-hal yang bahkan gurunya belum bisa.

18. Pelatihan Kepemimpinan untuk Orang yang Tak Mau Dipimpin (PKOTMTMD) Ironi edukasi zaman now. Semua mau jadi bos, tak ada yang mau jadi karyawan.

19. Program Ramah Lingkungan Tanpa Satu Pohon Pun Ditanam (PRLTSPPDT) Sertifikatnya bagus, daunnya nihil.

20. Malu Tapi Live TikTok (MTLT) Bilang nggak butuh validasi, tapi tiap menit update dance terbaru.

21. Strategi Nasional Basa-basi Tanpa Solusi (SNBTS) Dokumen tebal penuh kata mutiara, kosong tindakan. Dibaca saat pelantikan, dilupakan sebelum makan siang.

22. Wakil Rakyat Spesialis Selfie (WRSS) Kinerja dilihat dari feed Instagram, bukan dari keringat legislasi.

23. Aktivis Musiman (AM) Teriak lantang saat viral, hilang sunyi saat krusial.

24. Debat Cerdas Berisi Caci-Maki (DCBCM) Adu argumen tanpa isi. Rating tinggi, IQ drop.

25. Influencer Nasional Urusan Serius (INUS) Mengomentari krisis dengan filter kelinci. Demi views, bukan solusi.

26. Iklan Layanan Masyarakat yang Tak Pernah Dipraktikkan (ILMTTPD) Disiarkan terus menerus, diabaikan secara kolektif.

27. Guru Paling Patuh Kurikulum (GPPK) Mengajar dengan sempurna, tanpa pernah menginspirasi.

28. Petugas yang Selalu Tersenyum Tapi Tak Pernah Membantu (PTSTTPM) Simbol keramahan yang berakhir frustrasi.

29. Anugerah Paling Sibuk Tapi Tak Jelas Kerjaannya (APSTTJK) Diberikan pada mereka yang selalu hadir, tapi tak pernah berdampak.

30. Tim Khusus Penanganan Khusus yang Bekerja Umum (TKPKBU) Namanya panjang, hasilnya singkat.

31. Kebijakan Berbasis Viral (KBV) Setiap kebijakan lahir dari trending topic, bukan kebutuhan masyarakat.

32. Slogan Tanpa Perubahan (STP) Dicetak di spanduk, diulang tiap tahun, dilupakan tiap hari.

33. Relawan Instastory (RI) Datang hanya untuk foto, lalu pulang dengan caption heroik.

34. Sekolah Anti Nalar (SAN) Tempat di mana hafalan lebih penting dari pemikiran.

35. Kepala Dinas Tanpa Visi Tapi Penuh Koneksi (KDVTPK) Naik bukan karena layak, tapi karena tahu jalan tikus.

36. Simbol Budaya yang Diimpor (SBDI) Mengaku cinta budaya lokal, tapi seluruh acara pakai tema Hollywood.

37. Lomba Inovasi Tanpa Realisasi (LITR) Penuh ide hebat, yang dikubur bersama sertifikat penghargaan.

38. Peneliti Google (PG) Sumber data: halaman pertama pencarian. Kredibilitas? Nanti dipikir.

39. Netizen Spesialis Sumpah Serapah (NSSS) Skripsi belum kelar, tapi bisa jadi jaksa di kolom komentar.

40. Pengusaha yang Sukses di Webinar Saja (PWSWS) Di panggung luar biasa, di dunia nyata: masih cari modal.

41. Penyalur Dana yang Tertunda (PDT) Dijanjikan cair minggu ini, sudah tiga kali Lebaran lewat.

42. Relawan Bayaran Penuh Semangat (RBPS) Datang dengan yel-yel, pulang dengan amplop.

43. Tim Kreatif Konten Repetitif (TCKR) Ide selalu segar—asal dari konten kemarin.

44. Analis Kondisi Negara Berdasarkan Meme (AKNBM) Sumber utama: grup WA keluarga dan TikTok.

45. Mahasiswa Anti Diskusi (MAD) Datang demo, tapi takut debat.

46. Lomba Menulis dengan Tema yang Sudah Ditentukan Pemenangnya (LMTSDTP) Kalau bukan anak pejabat, cukup jadi peserta.

47. Konsultan Pembangunan yang Tak Pernah ke Lokasi (KPTPTLK) Rancangannya hebat—asal jangan hujan.

48. Jurnalis Copy-Paste Rilis (JCPR) Nyalin, tempel, kirim. Bertanya? Itu kerjaan zaman dulu.

49. Aktivitas Sosial Tanpa Empati (ASTTE) Dilakukan untuk eksistensi, bukan kemanusiaan.

50. Pengamat Berbayar Optimis (PBO) Tak peduli krisis apa pun, dia tetap yakin: semua akan baik-baik saja—asal klien puas.

51. Asosiasi Alumni Tapi Bukan Untuk Almamater (AATBUA) Ngumpul tiap tahun, yang dibahas bukan pembangunan kampus, tapi prospek proyek.

52. Pakar Dadakan Berdasarkan Caption (PDBDC) Setiap postingan ada kesimpulan hidup. Referensi? Slide Instagram.

53. Aktivis Kertas Sertifikat (AKS) Lebih banyak ikut pelatihan daripada aksi. Dinding kamar penuh piagam.

54. Pendengar Setia yang Suka Menyela (PSSSM) Mengaku mendengar, tapi tak sabar untuk menyalahkan.

55. Program Pemerintah yang Hanya Viral Saat Launching (PPYHVSL) Heboh di media, sepi di lapangan.

56. Seminar Antikorupsi Berbiaya Mewah (SABM)
Pesertanya elite, tempatnya hotel bintang lima. Ironi dihidangkan bersama kopi premium.

57. Festival Lapor Tapi Tidak Ditindak (FLTDTD)
Ajang warga unjuk suara, sistem unjuk diam.

58. Komite Etik Tanpa Etika (KETE)
Tugasnya mengadili, tapi lupa kaca di rumah sendiri.

59. Pelopor Gerakan Anti Hoax yang Suka Nge-share Asal (PGAHSSA)
Dukung kebenaran, asal narasinya sesuai selera pribadi.

60. Kongres Nasional Alibi Terbaik (KNAT)
Ajang unjuk bakat dalam menyalahkan cuaca, sistem, dan masa lalu.

61. Riset Akademik Bertema Plagiat Kreatif (RABPK)
Copy-paste bukan dosa, katanya, asal bisa bikin footnote keren.

62. Influencer Nasional Spesialis Edukasi Salah Kaprah (INSESK)
Ajaran viralnya menyesatkan, tapi likenya berjuta.

63. Satgas Sementara Pencitraan (SSP)
Ada saat isu meledak, hilang saat masalah nyata datang.

64. Dialog Publik Tanpa Publik (DPTP)
Diskusi terbuka, asal undangannya tertutup.

65. Penghargaan Lifetime Achievement Untuk Jabatan Gagal (PLAUJG)
Kariernya tak membanggakan, tapi tetap diberi piala kenangan.

66. Relawan Khusus Sesi Foto (RKSP)
Tidak hadir saat kerja bakti, tapi lengkap saat liputan media.

67. Penjual Janji Anggaran (PJA)
Selalu hadir di masa kampanye, menghilang bersama APBD.

68. Pejabat Anti-Kritik Pro-Drama (PAKPD)
Sentimen dikit langsung klarifikasi 3 halaman.

69. Ahli Statistik Politis (ASP)
Data bisa bicara—sesuai keinginan sponsor.

70. Lulusan Cepat Tapi Bingung Kerja (LCTBK)
IPK tinggi, portofolio kosong, pengalaman nol.

71. Diskusi Ilmiah Dengan Emosi Tinggi (DIDET)
Seminar akademik yang berakhir adu jotos argumen tanpa sumber.

72. Tim Sosialisasi Anti-Nyata (TSAN)
Penuh banner, minim aksi. Rakyat bingung, mereka selfie.

73. Pidato Motivasi Sambil Main HP (PMSMH)
Pesan inspiratif dibacakan sambil scrolling TikTok.

74. Pengamat Ekonomi Modal Kata “Tumbuh” (PEMKT)
Tak peduli angka, asal terlihat optimis.

75. Proyek Nasional Tapi Kontraktornya Hilang (PNTKH)
Plang masih berdiri, pondasi tak terlihat.

76. Seruan Moral dari Pelaku Amoral (SMDPA)
Ngomongnya bijak, riwayatnya gelap.

77. Program Subsidi yang Justru Menyiksa (PSYJM)
Niat bantu, hasilnya nambah beban.

78. Dewan Budaya Anti Seni (DBAS)
Yang dinilai bukan karya, tapi siapa yang bikin.

79. Lomba Debat Tanpa Hak Bicara (LDTHB)
Peserta bebas berekspresi, asal sejalan dengan panitia.

80. Talkshow Bertema "Kritis Tapi Aman" (TBTKTA)
Kritik dibatasi sesuai guideline sponsor.

81. Kurikulum Nasional Lupa Konteks Lokal (KNLKL)
Anak gunung belajar soal lalu lintas kota.

82. Pemberdayaan Masyarakat dengan Brosur Saja (PMDBS)
Janji manis tinggal di pamflet. Lapangan tetap nelangsa.

83. Festival Toleransi Berbasis Kepentingan (FTBK)
Rukun saat ada dana. Retak saat dana habis.

84. Debat Calon Pemimpin Penuh Gimmick (DCPPG)
Jawaban minim substansi, tapi punya tagline catchy.

85. Strategi Nasional Serba Instan (SNSI)
Takut gagal jangka panjang, maka dibuat sukses semalam.

86. Panitia Sukses Acara Tanpa Tujuan (PSATT)
Logistik lengkap, visi misi kosong.

87. Tim Reformasi Status Quo (TRSQ)
Mereka bicara perubahan, tapi takut kehilangan posisi.

88. Alumni Kritis Saat Belum Naik Jabatan (AKSBNJ)
Berani bicara sebelum disumpah. Setelahnya, bisu berjemaah.

89. Pengurus Organisasi yang Anti Aktivis (POAA)
Lebih suka struktur dari pada substansi.

90. Pendeta Medsos Penuh Tanda Seru (PMPSTS)
Amanat rohani dibalut tren. Hastag jadi doa.

91. Kelompok Studi Tapi Tak Mau Baca (KSTTMB)
Ngumpul rutin, diskusinya isi forward-an WA.

92. Pegiat Literasi yang Tak Pernah Nulis (PLYTPN)
Menginspirasi orang menulis, tapi naskahnya nihil.

93. Lembaga Resmi Anti Kritik Internal (LRAKI)
Terbuka untuk publik, tertutup untuk koreksi diri.

94. Gerakan Spontan Terencana (GST)
Demo dadakan, banner-nya dari percetakan profesional.

95. Kaderisasi Keturunan (KK)
Bakat memimpin diwariskan secara biologis.

96. Konferensi Global Tanpa Aksi Lokal (KGTAL)
Tema dunia, solusi dunia maya.

97. Delegasi yang Pergi Demi Shopping (DPDS)
Pulang bawa koper, bukan oleh-oleh kebijakan.

98. Laporan Keuangan Penuh Puisi (LKPP)
Rinciannya kabur, tapi bahasanya puitis.

99. Forum Nasional Tapi Khusus Undangan (FNTPKU)
"Terbuka" tapi hanya untuk yang terdaftar lewat jalur kekerabatan.

100. Kepala Botak Tanpa Otak (KBTTO)
Istilah khas untuk posisi tinggi, isi kosong, namun selalu nyaring.


Tags

Post a Comment

0Comments

💬 Berpikirlah Sebelum Mengetik
Komentar bukan sekadar suara—ia adalah pantulan isi kepala.
Kami menyambut diskusi tajam dan santun, bukan umpatan atau basa-basi.
Tulis komentar Anda dengan nalar, bukan hanya emosi.

📝 Komentar yang relevan akan ditampilkan.
🚫 Spam, iklan terselubung, dan komentar copy-paste akan dibuang tanpa ampun.

📣 Sukai? Bagikan!
Jika artikel ini membuat Anda berpikir ulang, tertawa getir, atau merasa terusik dengan elegan,
sebarkanlah—biarkan lebih banyak orang mencerna sesuatu yang lebih dari sekadar berita pagi.

🌐 "Karena kebenaran kadang perlu dibagikan... bahkan lewat tautan."

Post a Comment (0)