Di Negeri Kami Konoha, Duit Lebih Berharga daripada Otak

Jeffrie Gerry
0

Karya Pujangga Digital : Jeffrie Gerry ( Japra )

 Di Negeri Kami Konoha, Duit Lebih Berharga daripada Otak

Di negeri kami Konoha,
di mana daun-daun berguguran tak sekadar musim,
tapi juga nasib bangsa yang runtuh dalam tarian angka,
ada aturan tersirat, terpatri dalam jiwa dan akal:
Duitlah yang terhormat, otak? Ah, itu cuma pajangan.

Di sini, orang pintar dianggap bintang yang redup,
sedang dompet yang tebal adalah matahari yang menyala,
memanaskan segala ruang dan sudut, menenggelamkan nurani,
memutar dunia pada poros saldo dan transaksi.

Aku berdiri di antara mereka yang berpikir,
tapi diam, karena suara otak sering dibungkam suara uang,
dan teriakan dompet memekakkan telinga kebenaran.

Di Konoha, kau bisa beli guru,
tapi tidak kau beli ilmu yang tulus,
kau bisa beli jabatan,
tapi tidak kau beli hati yang menghormati,
kau bisa beli teman,
tapi tidak kau beli kepercayaan yang hakiki.

Duit di Konoha adalah raja yang tak terkalahkan,
memerintah dengan tangan besi yang berlapis sutra,
menulis hukum tak tertulis di balik senyuman manis,
membungkam suara-suara yang menentang keangkuhan.

Para pelajar di sekolah-sekolah kami diajari:
“Raih duit sebanyak-banyaknya,
lupakan soal otak yang rumit dan melelahkan.”
Sebab di sini, pintarmu tidak berarti,
jika kau tak punya cukup uang untuk membeli panggung.

Di Konoha, ada paradoks yang menyakitkan,
pejabat berdasi menggurui soal kerja keras dan integritas,
tapi kantong mereka berlubang dari pencurian yang terselubung,
sementara rakyat kecil terperangkap dalam labirin janji palsu.

Ketika otak bertanya, “Mengapa aku terlupakan?”
jawabannya adalah dering kasir yang lebih keras dari suara nurani,
dan klik transaksi yang lebih menggema daripada bisikan ilmu.

Di Konoha, anak-anak belajar menghitung duit lebih awal,
daripada belajar menghitung bintang dan merenungi hidup,
mereka ditanamkan bibit keserakahan dalam buku pelajaran,
sementara mimpi-mimpi besar terperangkap dalam kotak plastik uang.

Orang tua bangga jika anaknya membawa pulang angka,
bukan pemikiran yang mendalam, bukan kepekaan jiwa,
karena di Konoha, nilai tukar otak jauh tertinggal,
dibanding nilai tukar dolar yang mengalir deras.

Para penguasa kami berpidato tentang masa depan gemilang,
tapi tangan mereka sibuk menggenggam kantong yang makin tebal,
mengukir wajah tersenyum di depan kamera,
sementara di balik layar, otak dan moral dilempar ke angin.

Lihatlah jalanan kami yang penuh warna reklame,
setiap iklan menjajakan kebahagiaan instan dalam bentuk duit,
mengaburkan pandangan bahwa kebahagiaan itu lebih dari saldo,
bahwa hidup bukan transaksi, tapi cerita dan pemikiran.

Di Konoha, surat kabar pun dibeli oleh penguasa duit,
agar cerita yang tersebar adalah cerita yang mereka sukai,
menghilangkan kisah-kisah yang menyentuh hati dan akal,
menggantinya dengan kisah uang yang berputar tanpa henti.

Tapi aku, yang terlahir dari debu dan asa,
tidak rela otak kami menjadi barang murahan,
tidak mau membiarkan harga diri kami dicampakkan,
meski duit menguasai segalanya di negeri Konoha ini.

Aku ingin menulis,
menulis dengan tinta yang bukan dari uang,
melukis kata yang bukan untuk dijual,
berteriak dengan suara yang tak bisa dibungkam lembaran uang.

Karena otak bukan hanya tentang hitungan dan angka,
tapi tentang keberanian untuk bermimpi dan bertanya,
tentang keberanian untuk menolak jalan pintas,
tentang keberanian untuk tetap menjadi manusia yang utuh.

Di negeri kami Konoha, aku berharap suatu hari,
nilai otak akan lebih berharga dari sekadar tumpukan duit,
di mana pikiran dan hati menjadi satu,
dan hidup bukan hanya soal jual beli.

Namun hari ini, aku berdiri di tengah reruntuhan,
menatap matahari yang terbit dari dompet yang terbuka,
menyadari bahwa perang ini belum usai,
perang antara uang dan akal, antara harga diri dan keserakahan.

Tags

Post a Comment

0Comments

💬 Berpikirlah Sebelum Mengetik
Komentar bukan sekadar suara—ia adalah pantulan isi kepala.
Kami menyambut diskusi tajam dan santun, bukan umpatan atau basa-basi.
Tulis komentar Anda dengan nalar, bukan hanya emosi.

📝 Komentar yang relevan akan ditampilkan.
🚫 Spam, iklan terselubung, dan komentar copy-paste akan dibuang tanpa ampun.

📣 Sukai? Bagikan!
Jika artikel ini membuat Anda berpikir ulang, tertawa getir, atau merasa terusik dengan elegan,
sebarkanlah—biarkan lebih banyak orang mencerna sesuatu yang lebih dari sekadar berita pagi.

🌐 "Karena kebenaran kadang perlu dibagikan... bahkan lewat tautan."

Post a Comment (0)